Refleksi Eva Kusuma Sundari di Hari Perempuan
Rimanews – Setiap 8 Maret adalah Hari Perempuan
Internasional. Hari besar bagi perempuan ini dirayakan di seluruh dunia
untuk memperingati keberhasilan kaum perempuan di bidang ekonomi,
politik dan sosial.
Di antara peristiwa-peristiwa historis yang melatari pemilihan
tanggal tersebut adalah tragedi kebakaran Pabrik Triangle Shirtwaist di
New York pada 1911 yang mengakibatkan 140 orang perempuan kehilangan
nyawanya.
Setiap aktivis mempunyai refleksi masing-masing di hari spesial ini,
salah satunya adalah politikus perempuan Eva Kusumah Sundari. Di akun
Facebook miliknya, dia membagi inspirasi tentang perjuangan status
perempuan dalam konteks Indonesia. Berikut adalah kutipan langsungnya.
Demokrasi Syarat Perbaikan Status Perempuan
Kemajuan perempuan Indonesia sering berhub linier dgn kualitas
demokrasi, bukan yg prosedural. Jika demokrasi membaik maka status
perempuan seharusnya membaik. Tdk otomatis, krn perempuan harus aktif
memastikan mendapat manfaat dr peluang membaiknya demokrasi. Saat
reformasi dimulai, para perempuan sendiri yg aktif berjuang unt UU KDRT,
UU Pemilu, karena tahu keadilan bukan hadiah kaum Laki.
Saat ini, ketika di Indonesia intolerance memburuk maka
kepentingan praktis dan strategis perempuan terkena imbasnya. Menguatnya
fundamentalism n radicalism oleh aparat n birokrasi (bupati, walikota,
polisi bahkan tentara) tentu jd ancaman. Kel intolerans ini menolak
demokrasi dan cara2 yg demokratis dan bahkan menghalalkan penggunaan
cara kekerasan dlm memenangkan kepentingan. Setelah menyebar kebencian
dan mobilisasi masa maka tdk segan mrk memkakar, memukul dan bahkan
mengusir kel minoritas dari tanah n harta mrk.
Pemerintah pusat yg presidennya pro perempuan pun akan kesulitan
krn sabotase daerah un promosi kesetaraan gender. Saat ini ancaman bagi
perempuan n anak adl pembangkangan birokrasi n aparat daerah akibat
Menguatnya intoleransi.
Perlu sos 4 pilar oleh Pemerintah di kalangan Pemerintah sendiri
krn apparatur birokrasi sdh menjadi provokator penyerangan thd kel
minoritas. Kel intolerance sdh berhasil membajak pimp daerah, birokrasi,
aparat keamanan untuk memimpin tindakan outlaw, di luar hukum.
Parpol harus menyelenggarakan dikpol internal soal
kewarganegaraan dan melembagakannya ke dlm system recruitment,
pembinaan, karir dll spy politisi kuat iman thd 4 pilar. Politisi yg
memimpin Pemerintahan harus kuat iman terhadap hasutan kel intolerance
menarget pemusnahan kelompok minoritas yg rentan yg harusnya mrk
lindungi sesuai perintah konstitusi.
Sebaliknya, para politisi dan aktivis perempuan Jangan menambah
rumit keadaan. Kita harus ikhlas n efektif berjuang, Jangan ada lagi
politisi perempuan memperjuangkan agendanya patriarchy, kampanye
ketidaksetaraan gender, menolak perempuan jd pemimpin, promosi
domestikasi perempuan dll.
Jangan ada perempuan Menolak demokrasi, pro khilafah krn demokrasi mrp necessary conditions bagi kesetaraan gender.
sumber : http://nasional.rimanews.com/politik/read/20160308/266540/Refleksi-Eva-Kusuma-Sundari-di-Hari-Perempuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar