Kamis, 10 Maret 2016

Refleksi Eva Kusuma Sundari di Hari Perempuan


Rimanews – Setiap 8 Maret adalah Hari Perempuan Internasional. Hari besar bagi perempuan ini dirayakan di seluruh dunia untuk memperingati keberhasilan kaum perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial.
Di antara peristiwa-peristiwa historis yang melatari pemilihan tanggal tersebut adalah tragedi kebakaran Pabrik Triangle Shirtwaist di New York pada 1911 yang mengakibatkan 140 orang perempuan kehilangan nyawanya.

Setiap aktivis mempunyai refleksi masing-masing di hari spesial ini, salah satunya adalah politikus perempuan Eva Kusumah Sundari. Di akun Facebook miliknya, dia membagi inspirasi tentang perjuangan status perempuan dalam konteks Indonesia. Berikut adalah kutipan langsungnya.

Demokrasi Syarat Perbaikan Status Perempuan

Kemajuan perempuan Indonesia sering berhub linier dgn kualitas demokrasi, bukan yg prosedural. Jika demokrasi membaik maka status perempuan seharusnya membaik. Tdk otomatis, krn perempuan harus aktif memastikan mendapat manfaat dr peluang membaiknya demokrasi. Saat reformasi dimulai, para perempuan sendiri yg aktif berjuang unt UU KDRT, UU Pemilu, karena tahu keadilan bukan hadiah kaum Laki.

Saat ini, ketika di Indonesia intolerance memburuk maka kepentingan praktis dan strategis perempuan terkena imbasnya. Menguatnya fundamentalism n radicalism oleh aparat n birokrasi (bupati, walikota, polisi bahkan tentara) tentu jd ancaman. Kel intolerans ini menolak demokrasi dan cara2 yg demokratis dan bahkan menghalalkan penggunaan cara kekerasan dlm memenangkan kepentingan. Setelah menyebar kebencian dan mobilisasi masa maka tdk segan mrk memkakar, memukul dan bahkan mengusir kel minoritas dari tanah n harta mrk.

Pemerintah pusat yg presidennya pro perempuan pun akan kesulitan krn sabotase daerah un promosi kesetaraan gender. Saat ini ancaman bagi perempuan n anak adl pembangkangan birokrasi n aparat daerah akibat Menguatnya intoleransi.

Perlu sos 4 pilar oleh Pemerintah di kalangan Pemerintah sendiri krn apparatur birokrasi sdh menjadi provokator penyerangan thd kel minoritas. Kel intolerance sdh berhasil membajak pimp daerah, birokrasi, aparat keamanan untuk memimpin tindakan outlaw, di luar hukum.

Parpol harus menyelenggarakan dikpol internal soal kewarganegaraan dan melembagakannya ke dlm system recruitment, pembinaan, karir dll spy politisi kuat iman thd 4 pilar. Politisi yg memimpin Pemerintahan harus kuat iman terhadap hasutan kel intolerance menarget pemusnahan kelompok minoritas yg rentan yg harusnya mrk lindungi sesuai perintah konstitusi.

Sebaliknya, para politisi dan aktivis perempuan Jangan menambah rumit keadaan. Kita harus ikhlas n efektif berjuang, Jangan ada lagi politisi perempuan memperjuangkan agendanya patriarchy, kampanye ketidaksetaraan gender, menolak perempuan jd pemimpin, promosi domestikasi perempuan dll.

Jangan ada perempuan Menolak demokrasi, pro khilafah krn demokrasi mrp necessary conditions bagi kesetaraan gender.

sumber : http://nasional.rimanews.com/politik/read/20160308/266540/Refleksi-Eva-Kusuma-Sundari-di-Hari-Perempuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar