Kamis, 18 Juli 2013

PDIP: Hate statement Dipo Alam sempurnakan nasib buruk minoritas


Pernyataan SARA yang dilontarkan Sekretaris Kabinet Dipo Alam terhadap rohaniawan Katolik Franz Magnis Suseno merupakan kekerasan verbal. Hal itu turut menggenapi nasib buruk kelompok agama minoritas yang kerap menjadi sasaran kekerasan fisik oleh ormas-ormas dan pejabat daerah yang intoleran.
"Ini merisaukan, karena pejabat Istana menggiring emosi umat beragama untuk menyoal siapa yang bicara, bukan apa yang dibicarakan. Sementara kita paham bahwa kekerasan berbasis agama selalu berawal dari emosi prasangka kebencian atau hate speech. Pak Dipo menyempurnakan nasib buruk keluarga minoritas dengan hate statement," kata anggota Komisi III DPR yang juga politikus PDIP Eva Kusuma Sundari dalam siaran pers, Rabu (22/5).
Eva menyesalkan serangan balik Dipo yang berbau SARA terhadap rohaniawan Katolik Franz Magnis-Suseno yang sebelumnya mengkritik SBY. Eva berharap supaya Dipo meralat dan meluruskan pernyataan yang lebih rasional, dengan menyampaikan data berisi prestasi SBY dalam tindakan-tindakan mengendalikan intoleransi dan perlindungan minoritas.
Sementara itu, menurut Eva, protes Romo Magnis terkait rencana pemberian World Statesman Award untuk Presiden SBY adalah masuk akal. Sebab umatnya menjadi bagian keluarga minoritas yang jadi korban kekerasan.
"Kejadian penyegelan, penutupan dan dirobohkannya sekitar 500 gereja di Jawa Barat sejak SBYberkuasa 2004 silam, merupakan bukti konkret," tegas Eva.
"Jadi bukan hanya Syiah dan Ahmadiyah korban yang disuarakan Romo Magnis. Protes Romo makin menguat karena hal yang sama disuarakan Buya Syafi'i Maarif, Setara Institute, puluhan LSM yang bekerja untuk toleransi dan perdamaian," terangnya.
Sebelumnya, sentimen Islam dan non-Islam itu bermula dari kicauan Dipo di Twitter. Di media sosial itu, Dipo membela SBY atas kritik Franz Magnis-Suseno, pastor yang juga Guru Besar Filsafat STF Driyarkara.
Dalam suratnya kepada The Appeal of Conscience Foundation, lembaga di AS pemberi penghargaan untuk SBY, Franz Magnis memang mengritik kepemimpinan SBY yang dinilainya abai terhadap kekerasan terhadap kaum minoritas Ahmadiyah dan Syiah.
"Konflik intra Islam sudah ada sejak dulu, tidak perlu dibesarkan isu minoritas ditindas mayoritas. Yang kita tentang adalah tindak kekerasan," kata Dipo membela SBY lewat akun Twitter-nya, @dipoalam49.
Nah, dalam kicauan selanjutnya barulah Dipo mulai menyinggung latar belakang Franz Magnis yang non-muslim.
"Masalah khilafiyah antar umat Islam di Indonesia begitu banyak, jangan dibesarkan oleh yang non-muslim seolah simpati minoritas diabaikan," kicau Dipo.
Tak cukup di situ, mantan Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia ini juga berkicau, "Umaro, ulama dan umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari liat ke depan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS."
FMS di akhir kicauan Dipo itu diduga kuat Franz Magnis-Suseno.
[ren]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar