Senin, 20 Juni 2016

Blitar Berpotensi Menjadi Tujuan Wisata Budaya Panji

Cerita Panji yang berasal dari konflik kerajaan Panjalu (Malang) dan Jenggala (Kediri) faktanya sudah menjadi ekspor budaya asli Jatim yang mendunia. Budaya Panji ini hidup di eks wilayah persemakmuran Majapahit antara lain Nusantara, Madagascar, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Laos dll. Festival Panji, saat ini dijadikan kalender rutin di Thailand yang diikuti negara-negara tersebut.

Ada 8 elemen dalam Budaya Panji antara lain: kemanusiaan, cinta kasih, maritime, seni, angkatan perang, ketahanan pangan, dan Etika pertanian/diplomasi. Sehingga, dimensi ephos Panji lebih kompleks dan lengkap dibanding ephos Mahabarata maupun Ramayana yang tidak punya dimensi perang dan persenjataan maritime.

Dari diskusi dengan para aktivis eco-tourism (8/6/16 di Blitar) diuraikan delapan elemen Budaya Panji diadopsi di lambang 8 Surya Majapahit. Karena asalnya dari Majapahit maka orang Jawa dianggap sebagai saudara tua di kawasan Budaya Panji.

Hingga saat ini ulasan Budaya Panji bisa diperoleh di buku antropolog Jerman, Lydia Kieven berjudul  'Menguak figur bertopi di Candi Majapahit'. Figur bertopi yaitu Panji Asmara Bangun ditemukan setidaknya di 20 candi jaman Majapahit seperti Penataran,

Dari bukti-bukti yang berserakan tersebut, Candi Penataran di Blitar yang dibangun selama pemerintahan 3 kerajaan besar yaitu Kediri, Singasari dan Majapahit dianggap sebagai alasan terkuat untuk menganggap Blitar pantas dijadikan sumber Budaya Panji.

Sayang sekali potensi ini tidak digali dan dikapitalisasi oleh Pemerintah Kabupaten Blitar yang hingga saat ini masih belum menentukan branding untuk wisata Blitar. Dari penjelasan Andi Yuwono, assessor eco-tourism sekaligus Ketua Asosiassi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) ada keterkaitan konsep Budaya Panji dengan BK.

Di Blitar, perwujudan konsep Jawa yang disebut konsep 4 Kiblat 5 pancer. Di timur ada Candi Sawentar (pengabuan Anusapati, pendiri Singasari), di Barat ada Candi Wleri (pengabuan Ranggawuni, raja terakhir Singasari); di selatan ada Candi Simping (pengabuan R Wijaya, pendiri Majapahit) dan di utara ada Candi Penataran (pengabuan Tribuana Tunggadewi) dan di tengah ada makam BK, kerajaan moderen Nusantara (Indonesia). Berdasar hal tersebut maka BLITAR disebut BUMI RAYA IKA TANTRA ADHI RAJA (Bumi pusara raja-raja agung yang Merdeka) karena faktanya di Blitar tempat tanah-tanah perdikan sejak Majapahit.

Eva Sundari menyayangkan karena ada dokumentasi film pendek tentang konsep tersebut yang menang lomba di Polandia Juni 2015 yaitu Warsaw International Tour Film Academy. Kemenangan tersebut harusnya menjadi pemantik untuk mengembangkan konsep wisata di Blitar.

Blitar, 8/8/16, angg KOM XI dan Dapil Jatim 6 FPDIP DPR RI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar