Selasa, 17 Mei 2016

Pemerintah Harus Bertindak Seperti Aktivis untuk Memberdayakan Ekonomi Perempuan dan Gadis

Eva Kusuma Sundari (kanan) bersama
Ngozi Okonjo-Iweala (kiri) Menteri
Keuangan Nigeria
Dalam panel pagi bertopik  "girl's and women's lens on SDGs" pada Selasa, 7/5/16 di Konferensi Women Deliver IV, pernyataan-pernyataan bekas Menteri Keuangan Nigeria, Ngozi Okonjo-Iweala disambut tepuk tangan meriah. Dalam panel tersebut Ngozi dan Vivian Onano yang mewakili pemimpin muda perempuan seperti mewakili perspective lapangan sementara panelist-panelist lain seperti Helen Clark eks PM New Zealand, Julia Gillard eks PM Australia melengkapi mereka dengan perspektif bersifat konseptual.

Ngozi bercerita bagaimana dia berstrategi dengan memberi incentives berupa tambahan dana bagi menteri-menteri agar mengimplementasikan mainstreaming gender dalam program-program kementrian masing-masing. Ada 5 menteri yang menjawab tantangan tersebut, salah satunya adalah Menteri pertanian yaitu dengan membuat program voucher hp untuk menambah partisipasi perempuan di sektor pertanian.

Dampaknya efektif, berupa bertambahnya jumlah perempuan petani aktif yang mendapat pendampingan akses ke Bank sejumlah hampir 1,5jt. Ngozi juga menginisiasi lomba entrepreneur khusus perempuan unt membuat business plan yang mendapat Respon 10 ribu perempuan yang berdampak pada job creation 10 ribu lebih. Dia menghentikan lomba sebelumnya yang banyak didominasi pria sementara data menunjukkan bahwa 70% sektor UKMK dan informal terdiri dari perempuan.

Ngozi memutuskan menggunakan strategy pelibatan perempuan langsung ke perekonomian. Berdasar temuan riset Mc Kenzie bahwa investasi untuk perempuan dan gadis return investment nya melebihi investasi ke laki-laki karena hasilnya untuk dirinya, keluarganya, komunitasnya bahkan untuk bangsanya. Dia menyimpulkan bahwa investasi di pembangunan tidak bersifat netral, sehingga ia merekomendasikan pemerintah harus bertindak seperti aktivis untuk memberdayakan ekonomi perempuan dan gadis.

Strategy demikian didukung oleh Vivian Onano yang merekomendasikan bahwa investasi ke perempuan harus fokus pada quality, security, mentorship, sponsorship dan network. Terkait hal ini, Julian Clark mengingatkan bahwa pemberdayaan perempuan di pendidikan dan ekonomi adalah sangat diperlukan tapi belum sufficient. Hak Sexual dan reproduksi yang tidak dijamin negara akan menghilangkan semua investasi tersebut. Maraknya perkosaan dan kemiskinan akut sehingga perempuan harus menjual diri mereka untuk kebutuhan dasar bahkan untuk biaya sanitasi dan biaya pendidikan sepertt di Afrika harus diakhiri. Hak Sexual dan reproduksi inilah yang selalu diabaikan oleh banyak pemerintah.

Copenhagen, 17/5/16
Eva Kusuma Sundari
Anggota Komisi 11
FPDI Perjuangan,
Delegasi Konferensi Women Delivery IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar