Kamis, 12 Mei 2016

Melon menghentikan arus TKI dari Desa Tunggangri, Kec Kalidawir, Tulungagung


Eva K Sundari bersama Poktan ex TKI
Pengalaman menarik bertemu dengan Endry Miftachudin (11/5/16) lulusan teknik sipil Universitas Brawijaya angkatan tahun 2000. Bapak muda ini dilarang meninggalkan kampung halaman oleh orang tuanya, bahkan saat bekerja di pabrik rokok besar di Kediri pun diminta ditinggalkan.

Endry ikut nasehat orang tua dan tetap tinggal di tanah kelahirannya, Dusun Bangunsari, Desa Tunggangri, Kec Kalidawir, Tulungagung. Satu saat dia gundah ketika mengundang para tetangga untuk slametan kelahiran putranya, hanya 2 pria dewasa yang hadir. Dia makin gundah membayangkan anaknya akan tumbuh di lingkungan dengan komunitas yang langka laki-laki dewasa.

Di awal tahun 2014 itulah dia tertantang menciptakan tandingan 'pull factors' agar para tetangganya berhenti menjadi TKI. Dari kalkulasinya, produktifitas pertanian harus ditingkatkan setidaknya ber laba bersih Rp 20 juta per tahun (setara take home payment TKI Malaysia)

Dia membuat denplot melon, dan beruntung harga melon naik terus.  Beberapa TKI tetangganya mengikuti jejaknya, dan akhirnya terkumpul 61 orang anggota poktan inti yang 56 di antaranya adalah TKI yang memutuskan tidak kembali ke Luar Negeri.

Dia menciptakan alat pantau ph tanah real time untuk para petaninya. Beberapa temuan teknologi produksi lainnya sengaja dibuat sebagai sistem terbuka agar makin banyak petani baru yang bergabung mengikuti jejaknya untuk bertani melon. Strategi ini berhasil, saat ini ada sekitar 300-an petani ex TKI di desanya yang menjadi petani Melon.

Daya tarik bisnis ini tentu saja adalah penghasilan yang saat ini membengkak menjadi 48 jt an/th per petani. Yang lebih menarik, para petani ini sebagian besar tidak memiliki sawah, mereka hanya penyewa dari para pemilik yang hanya  memanfaatkan sawahnya saat.musim penghujan dengan bercocok tanam padi.

Desa Tunggangri saat ini sudah banyak lelaki, sudah tidak lagi jadi 'sending area' TKI. Endry sudah tenang karena kekhawatirannya bisa dilawan tapi saat ini dia sedang tertantang untuk meningkatkan nilai tambah produk kakao di desa-desa tetangga yang dikelola seluruhnya oleh petani wanita yang suaminya di Luar Negeri jadi TKI.

Tulungagung, 11/5/16
Eva K Sundari, Anggota komisi 11
FPDI Perjuangan Dapil Jatim 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar