Kamis, 12 Mei 2016

LAPORAN KEGIATAN KUNKER PERORANGAN RESES MASA SIDANG KETIGA TAHUN 2015 - 2016 (Bagian ke-1)


Nama              : Dra. Eva Kusuma Sundari MA., MDE
Fraksi             : PDI Perjuangan
No anggota     : A-196
Waktu              : 27 Maret – 4 April 2016
Lokasi             : Jawa Timur VI (Blitar, Kediri, Tulungagung)



Kegiatan reses dilaksanakan di daerah pemilihan Jawa Timur IV yang meliputi Kediri, Tulungagung dan Blitar pada tanggal 27 Maret – 4 April 2016. Kegiatan reses kali ini meliputi beberapa kegiatan di antaranya menyerap aspirasi masyarakat di daerah pilihan, melakukan pertemuan dengan pimpinan daerah serta DPRD di daerah pemilihan.

Kegiatan reses diawali di Blitar dengan penyelenggarakan sosialisasi program penanaman singkong. Sosialisasi dilakukan bekerja sama dengan Asosiasi Masyarakat Singkong Indonesia. Kegiatan berikutnya adalah berkunjung ke Kecamatan Panggungrejo, Blitar untuk bertatap muka dengan Camat Panggungrejo dan Kepala Desa Sumberagung, pertemuan dengan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia cabang Blitar.

Kegiatan reses masa sidang ketiga ini, tidak hanya dilakukan di Blitar, tetapi juga dilakukan di wilayah Tulungagung. Di kabupaten Tulungagung, kegiatan reses meliputi pertemuan dengan gabungan kelompok tani melon, kelompok tani agribisnis dan komunitas penghayat. Selain itu, juga melakukan pertemuan tidak resmi dengan kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Tulungagung.

Pelaksanaan kegiatan reses berikutnya adalah di Kediri Raya. Kegiatan reses meliputi pertemuan dengan kelompok tani, kunjungan ke beberapa gereja Katolik di wilayah Kediri Raya, pertemuan dan kegiatan jaring aspirasi masyakat dengan komunitas gereja. Dari beberapa kegiatan tersebut ada beberapa masukkan yang berhasil diperoleh. Di antaranya adalah perlunya segera menyelesaikan pembangunan jalur lintas selatan di wilayah Blitar yang terkendala proses pembebasan tanah. Jalur Lintas Selatan yang membentang dari Pacitan hingga Banyuwangi ini memiliki manfaat yang besar bagi peningkatan taraf perekonomian masyarakat di daerah pemilihan.

Selain itu, melalui kegiatan Jaring Aspirasi Masyarakat ada beberapa permasalahan lain yang berhasil diidentifikasi di daerah pemilihan adalah adanya kesulitan dalam memperoleh kredit usaha rakyat bagi petani dan korban letusan Gunung Kelud. Masalah lain yang berhasil diidentifikasi adalah sulitnya mencari tenaga kerja di bidang pertanian, pengadaan pupuk dan obat hama serta peralatan pertanian seperti traktor dan handsprayer.

Selain masalah pertanian, permasalahan lain yang ada di daerah pemilihan adalah kurangnya kerukunan dan toleransi umat beragama. Hal ini terbukti dengan adanya protes dari masyarakat atas pendirian sebuah gereja di Kabupaten Kediri meski ijin pendirian bangunan sudah dikantongi oleh pihak gereja.

HASIL RESES
    1.      Jadwal Kegiatan

Tanggal
Kegiatan
Agenda/Tema
Keterangan
28/3/2016
Pertemuan dengan Asosiasi Masyarakat Singkong Indonesia
Sosialisasi cara tanam singkong
Lokasi: RM Bu Mamik Blitar

Pertemuan dengan Camat Panggungrejo, Kades Sumberagung, perangkat kecamatan Panggungrejo dan perangkat desa Sumberagung
Jalur Lintas Selatan
Lokasi: Kantor Desa Sumbergaung, Kecamatan Panggungrejo, Kab Blitar
Peserta: 10 orang
29/3/2016
Pertemuan dengan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Kab Blitar
Cukai tembakau
Lokasi: Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar
Pertemuan dengan petani cabai Gapoktan Lohjinawi
Pertanian Cabai, KUR untuk petani
Lokasi: Desa Sanan Kulon, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar
Peserta: 100 orang
30/3/2016
Pertemuan dengan peternak ikan koi
Meningkatkan harga jual ikan dari peternak ke pembeli
Lokasi: Desa Sumber, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar
Pertemuan dengan Bupati Blitar, Pendopo Kabupaten Blitar
Jalur Lingkar Selatan
Lokasi: Pendopo Kabupaten Blitar
31/3/2016
Pertemuan dg petani hortikultura
Cara mendapatkan bantuan pupuk dan obat hama, hand tractor serta meningkatkan harga jual pada pembeli
Lokasi: Kawasan Agropolitan Penampihan, Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung
Peserta: 100 orang
Pertemuan dg Kelompok Tani Melon
Cara bercocok tanam yang benar, mendapatkan bantuan pupuk dan obat hama, alat pertanian, peningkatan harga jual dan KUR untuk petani
Lokasi: Desa Waung, Kecamatan Boyolangu, Kab Tulungagung
Peserta: 70 orang
01/4/2016
Pertemuan dengan komunitas penghayat

Kesulitan penghayat untuk mendapatkan akta nikah, akta kelahiran anak
Lokasi: Café Kunang-kunang, Kabupaten Tulungagung
Peserta: 70 orang
Pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Tulungagung
Anggaran pelatihan kebudayaan untuk dinas pendidikan dan budaya di sekolah yang ditiadakan
Lokasi: Balai Budaya Kabupaten Tulungagung
02/4/2016
Pertemuan dengan kelompok tani cabai

KUR untuk petani, peningkatan harga jual
Lokasi: Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri
Peserta: 70 orang
Pertemuan di Gereja Santo Matius Pare, peserta 70 orang, ttg infrastruktur dana desa, petani yang ada di daerah bencana gunung kelud

Penanganan kredit macet bagi warga yang tinggal di lereng Gunung Kelud, KUR warga lereng Gunung Kelud,
Lokasi: Balai Paroki Gereja Katolik Santo Matius, Pare, Kediri
Peserta: 70 orang
03/4/2016
Kunjungan ke Paroki Vincentius A. Paulo Kediri
Isu tentang kurangnya toleransi antar umat beragama
Lokasi: Kediri Raya
Kunjungan ke Paroki Santo Josef, Kediri
Isu tentang berkurangnya toleransi umat beragama
Lokasi: Kediri Raya
Pertemuan dengan anggota DRPD dan pengurus partai PDI Perjuangan Kediri Raya
Pembangunan gereja, KUR dan konsolidasi partai
Lokasi: Kediri Raya
 

Deskripsi
1.    Pertemuan Asosiasi Masyarakat Singkong Indonesia


Selama ini bagi masyarakat Indonesia, singkong dikenal hanya sebagai salah satu bahan pangan. Namun, pada kenyataannya singkong bisa dijadikan sebagai bahan baku industri. Hal ini menjadikan pangsa pasar singkong mentah terbuka lebar bagi petani.  Namun, sayangnya, sebagian besar petani masih belum bisa bercocok tanam singkong dengan benar. Salah satu contohnya adalah keinginan petani untuk bisa memanen singkong secepatnya. Hal tersebut, menyebabkan petani tidak bisa memenuhi standar bakuyang telah ditetapkan oleh industri. Akibatnya, petani tidak bisa menjual singkongnya dan hanya memanfaatkan singkong sebagai bahan makanan.
Add caption

Untuk meningkatkan kualitas panen singkong petani dan perekonomian petani, maka sosialisasi cara tanam singkong yang baik dan benar menjadi salah satu agenda kegiatan. Pada acara yang dilaksanakan di Rumah Makan Bu Mamik, Blitar, Jawa Timur bekerja sama dengan Asosiasi Masyarakat SIngkong Indonesia, diberikan penjelasan bahwa untuk menanam singkong yang baik dan benar diperlukan adanya pengenalan kontur dan struktur tanah. Setelah kontur dan struktur tanah diketahui maka petani baru memilih jenis singkong yang cocok untuk ditanam. Selain itu, lamanya masa tanam juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hasil panen singkong petani. Jika singkong dipanen sebelum masanya, maka bisa dipastikan singkong tersebut tidak akan bisa memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh industri.


2. Pertemuan dengan Camat Pangungrejo, Kepala Desa dan Perangkat Desa Sumberagung, Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Dokumentasi berita:
Sumber: http://jateng.antaranews.com/detail/eva-jls-di-kabupaten-blitar-segera-dituntaskan-.html

Eva: JLS di Kabupaten Blitar Segera Dituntaskan
 




Anggota DPR RI Dra. Eva Kusuma. Sundari, M.A., M.D.E. ketika berdiskusi dengan Camat Panggungrejo Eko Purwanto (baju merah) di Blitar, Jawa Timur,
Blitar, Antara Jateng – Anggota DPR RI Dra. Eva Kusuma. Sundari, M.A., M.D.E. pada masa reses mengunjungi Daerah Pemilihan Jawa Timur VI (Kota/Kabupaten Blitar,  Kota/Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Tulungagung) guna mendengarkan aspirasi masyarakat, termasuk penyelesaian Jalur Lingkar Selatan (JLS) di Kabupaten Blitar yang pembangunannya terhenti.

Anggota Komisi XI (Bidang Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional, Perbankan, dan Lembaga Keuangan Bukan Bank) DPR RI itu kepada Antara Jateng di Blitar, memandang perlu Pemerintah menuntaskan JLS itu. Padahal, lanjut Eva K. Sundari, JLS di Tulungagung, Trenggalek, dan Pacitan sudah tuntas. Sementara itu, di Kabupaten Blitar sebatas pembangunan lima dari 19 jembatan penghubung yang direncanakan.

“Bahkan, belum ada pembangunan jalan JLS setapak pun. Ini ironis karena pencanangan JLS pada tahun 2004 oleh presiden ke-5 RI Hj. Megawati Sukarnoputri justru di Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar,” kata politikus PDI Perjuangan itu.

Eva pun mendatangi Camat Panggungrejo Eko Purwanto yang dua desanya akan terlintasi JLS. Dalam pertemuan itu, Camat Panggungrejo mengungkapkan bahwa permasalahan pembangunan JLS di wilayah tersebut pada pembebasan tanah, terutama tanah yang dikuasai Perum Perhutani.Ketika berdiskusi dengan Camat Eko Purwanto mengemuka bahwa Pemkab Blitar sudah menyiapkan anggaran Rp12,5 miliar. Diperkirakan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini cukup untuk reboisasi sebagai syarat pembebasan tanah milik Perum Perhutani, sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2016.

Eva yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI itu sempat berdiskusi dengan Bupati Blitar Drs. Rijanto, M.M. dan Kepala Dinas PU Pariyanto. Terkait dengan dengan pembebasan lahan milik Perum Perhutani, Pemkab Blitar berharap agar Menteri KLH segera mengeluarkan Peraturan Menteri untuk pelaksanaannya.Sementara itu, terkait dengan pembebasan tanah milik penduduk, Pemkab Blitar telah membagikan formulir pernyataan kepemilikan tanah untuk pengurusan kompensasi bagi mereka.

Info dari Ketua DPRD Kabupaten Blitar Suwito, bahwa pemkab sudah berkirim surat kepada Presiden RI Joko Widodo agar penuntasan JLS di Kabupaten Blitar menjadi prioritas dalam RAPBN 2017.
Editor: D.Dj. Kliwantoro
   3. Pertemuan dengan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Blitar

Pertemuan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Blitar
Pengambilan restribusi cukai tembakau atas penjualan rokok di Indonesia ternyata belum bisa dirasakan manfaatnya secara maksimal oleh petani tembakau di Indonesia. Hal ini terutama dialami oleh para petani tembakau di Blitar, Jawa Timur. Dalam kunjungan kerja perorangan pada masa reses persidangan keempat, anggota DPR RI, Dra. Eva Kusuma Sundari MA., MDE, mendapatkan pengaduan dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Blitar.  
Pertemuan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Blitar
Pengurus APTI Blitar, Anang, menyatakan bahwa pada tahun 2016, para petani tembakau kesulitan mendapatkan pembagian dana hasil cukai tembakau yang seharus menjadi hak petani. Alasan yang dikemukakan dari pihak Kementerian Keuangan adalah untuk mendapatkan pembagian hasil cukai tembakau, petani harus memiliki lembaga atau institusi yang sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Hal tersebut, dinilai Anang memberatkan petani yang ingin mendapatkan haknya.



4. Pertemuan dengan Gabungan Kelompok Tani Cabai Blitar


Petani cabai harus bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Hal ini menjadi salah satu tujuan diadakannya kegiatan Jaring Aspirasi Masyarakat dengan Gabungan Kelompok Tani Lohjinawi yang berkonsentrasi menanam cabai di di Desa Sanan Kulon, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dalam kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2016, diperoleh informasi bahwa Asosiasi Petani Cabai Blitar telah berhasil menghentikan import cabai di kawasan Blitar. Keberhasilan ini dinilai penting lantaran saat ini dengan banyaknya cabai import yang masuk ke Indonesia, petani cabai kesulitan menjaga stabilitas harga cabai di pasaran.
Meski demikian, masih ada rintangan yang harus dihadapi oleh petani cabai di Blitar, yaitu sulitnya petani lokal bisa bersaing dengan impotir cabai saat menawarkan hasil produksinya sebagai bahan baku industri. Sebab, hingga saat ini, masih banyak industri yang menggantungkan pasokan bahan baku cabai, terutama cabai kering giling dari importir India yang harganya jauh lebih murah jika dibandingkan harga cabai kering giling hasil produksi petani Indonesia.

Selain itu, permasalahan lain muncul disebabkan banyaknya warga Blitar yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Akibatnya, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian makin berkurang dan menjadikan petani kesulitan mendapatkan tenaga kerja. Selain tenaga kerja, kendala lain yang dialami petani adalah adanya ketentuan memiliki organisasi yang sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM minimal tiga tahun untuk pengajuan bantuan pupuk, obat hama dan alat pertanian ke Dinas Pertanian setempat.
Permodalan juga menjadi salah satu temuan yang diidentifikasi saat melakukan pertemuan. Petani mengaku kesulitan bisa mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank. Kesulitan dalam mendapatkan permodalan juga dialami oleh Kelompok Wanita Tani Indah Lestari yang berasal dari para buruh linting rokok yang memiliki bidang usaha produksi makanan ringan.

5. Kunjungan Lapangan dan Pertemuan dengan Peternak Ikan Koi




Kabupaten Blitar adalah salah satu sentra penghasil ikan hias di Indonesia, ikan koi salah satunya. Beberapa kecamatan yang menjadi sentra ikan koi adalag Garum, Nglegok, Sanan Kulon, Talun, Kanigoro, Selopuro dan Gandusari. Pada kegiatan reses kali ini, peternak ikan koi di Desa Sumber, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, menyampaikan permasalahan yang menjadi hambatan untuk kemajuan dan perkembangan para peternak.

Kunjungan lapangan ke kolam ikan koi
di Desa Sumber, Kecamatan Sanan Kulon, Blitar
Kualitas ikan koi yang dihasilkan oleh peternak di kawasan Blitar adalah salah satu yang terbaik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan seringnya ikan-ikan koi hasil budidaya peternak Blitar memenangkan kejuaraan baik di tingkat daerah maupun nasional. Namun, sayangnya, harga jual ikan koi tidak berbanding lurus dengan kualitas yang sudah dihasilkan oleh peternak. Penyebabnya, peternak tidak bisa menjual langsung hasil budidayanya kepada konsumen. Peternak biasanya menjual ikan koi melalui perantara sehingga petani tidak bisa mendapatkan harga yang sesuai dan keuntungan yang maksimal.
Tidak hanya itu, peternak seringkali menjadi korban penipuan dari perantara. Salah satunya adalah tengkulak menyatakan bahwa banyak ikan koi yang mati ketika sampai di lokasi tujuan. Sehingga pembeli tidak mau membayar sesuai dengan harga yang sudah disepakati. Hal tersebut menyebabkan peternak mengalami kerugian.

     6. Pertemuan dengan Bupati Blitar, Drs. Rijanto MM




Jalur Lintas Selatan (JLS) Jawa Timur dibangun untuk memperlancar jalur pertuembuhan perekonomian daerah bagian selatan Jawa Timur. Jalan raya yang sepanjang 634 kilometer tersebut membentang dari Pacitan hingga Banyuwangi. Dua kota yang berada di daerah pemilihan Jawa Timur, yaitu Tulungagung dan Blitar termasuk yang dilalui JLS. Pembangunan JLS telah dimulai sejak tahun 2002. Namun, hingga tahun 2016 pembangunan JLS belum juga selesai, terutama di wilayah Kabupaten Blitar. Hal ini dikarenakan adanya kendala pembiayaan dari pemerintah pusat yang selalu tidak sesuai target anggaran yang seharusnya dipenuhi setiap tahun. Pemerintah pusat dinilai tidak serius untuk menuntaskan proyek JLS dan memberikan beban kepada pemerintah Jawa Timur atas berbagai persoalan yang muncul sebagai efek dari proyek JLS.

Pertemuan dengan Bupati Blitar, Drs. Rijanto MM., Kepala Dinas Pekerjaan Umum Blitar, Pariyanto di Pendopo Kabupaten Blitar, Jawa Timur


Di tahun 2016, anggaran untuk melanjutkan proyek pembangunan JLS khususnya di Kabupaten Blitar tidak dianggarkan oleh pemerintah pusat. Akibatnya pembangunan JLS di Kabupaten Blitar terancam tidak bisa dilanjutkan. Hal ini terungkap pada pertemuan antara anggota DPR RI, Dra. Eva Kusuma Sundari MA., MDE dengan Bupati Blitar, Drs. Rijanto MM dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blitar Pariyanto. Temuan lain yang masih terkait dengan lalu lintas perekonomian adalah proyek pelurusan jalan penghubungan antara Blitar dengan Malang. Jalan penghubung ini, diketahui melewati sisi pegunungan yang berkelok-kelok dan memiliki resiko kecelakaan besar. Untuk itulah diperlukan upaya untuk meluruskan beberapa bagian jalan dan membenahi jembatan di sepanjang jalur Blitar – Malang.

Namun sayangnya, proyek pelurusan jalan yang sudah berjalan tersebut mengalami kendala di pendanaan. Pada tahun 2010, bupati Blitar telah membuat surat ke Kementerian Pekerjaan Umum yang berisikan detail engineering, akan tetapi tidak berlanjut karena adanya perubahan struktur organisasi. Selain JLS dan pelurusan jalan penghubung Blitar dengan Malang, permasalahan lain yang dibahas adalah usulan untuk melakukan normalisasi sungai Bladak dan anak sungai. Normalisasi dinilai perlu segera dilakukan karena kawasan yang dilalui oleh aliran Sungai Bladak saat ini sering mengalami banjir. Selain mengakibatkan kerugian lantaran rumah warga yang terendam, hal tersebut berefek buruk pada sekitar 200 hektar lahan pertanian yang terancam gagal panen jika terkena banjir.

           7. Pertemuan dengan Petani Hortikultura di Kawasan Agropolitan Penampihan Tulungagung



Pertemuan dengan Kelompok Tani “Tani Maju” di Desa Geger, 
Kecamatan Sendang,, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
Pada tanggal 31 Maret 2016, anggota DPR RI, Dra. Eva Kusuma Sundari MA., MDE, menggelar kegiatan Jaring Aspirasi Masyarakat bersama dengan Kelompok Tani “Tani Maju” di Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Dari kegiatan dialog tersebut, berhasil mengidentifikasi beberapa masalah yang saat ini tengah dihadapi oleh sebagian besar kelompok tani yang ada di kawasan lereng Gunung Wilis.

Salah satu permasalahan yang disampaikan oleh anggota kelompok tani adalah masih rendahnya harga jual sayur mayur di pasaran. Selain itu, ada kalanya petani tidak menemukan pangsa pasar untuk hasil panennya. Sehingga banyak sayur yang tidak terserap oleh pasar. Petani juga menghadapi kendala sulitnya mendapat bantuan modal usaha dari bank seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tambahan modal ini akan digunakan oleh petani untuk membeli bibit, pupuk, obat hama dan peralatan kerja untuk mengolah tanah.

        8. Pertemuan dengan Kelompok Tani Melon Kecamatan Boyolangu, Tulungagung


Pertemuan dengan kelompok tani melon,
Desa Waung, Kecamatan Boyolangu,
Kabupaten Tulungagung

Kelompok Tani (Poktan) Berkah Tani Desa Waung, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, sebelumnya menanam tembakau beralih bertanam melon.Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Dra. Eva Kusuma Sundari, M.A., M.D.E. kepada Antara Jateng dalam perjalanannya dari Tulungagung menuju Yogyakarta, mengatakan bahwa petani tembakau memutuskan beralih komoditas lain karena mereka mengalami situasi yang makin memburuk.

Ketika berdiskusi dengan mereka dalam acara bertajuk “Serap Aspirasi Masyarakat”, Ketua Poktan Berkah Tani Irchani mengatakan bahwa tiadanya dukungan pemerintah untuk perlindungan dan pengembangan komoditas tembakau sehingga mutu menurun dan situasi makin buruk ketika pabrik-pabrik rokok juga memakai (hampir 50 persen) tembakau impor dari Tiongkok. “Hasil panen petani lokal tidak seluruhnya terbeli dan membusuk,” kata Irchani kepada Eva K. Sundari.


Pertemuan dengan kelompok tani melon,
Desa Waung, Kecamatan Boyolangu,
Kabupaten Tulungagung
Kades Waung Eko Wahoyo (dua dari kiri, depan) foto bersama anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Dra. Eva Kusuma Sundari, M.A., M.D.E. (tiga dari kiri, depan) usai acara “Serap Aspirasi Masyarakat” di Desa Waung, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
Meski rokok penyumbang cukai terbesar (95 persen), kata Eva, para petani tembakau penerima manfaat terendah, bahkan 0 persen di Kabupaten Blitar dari dana cukai yang dikembalikan ke daerah. “Sepatutnya ada program transisi dari pemerintah berupa alih komoditas yang bisa didanai dari cukai rokok,” kata anggota Komisi XI (Bidang Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional, Perbankan, dan Lembaga Keuangan Bukan Bank) DPR RI itu. Dalam tekanan yang sulit demikian, Poktan Berkah Tani memilih beralih bertanam melon dengan sumber daya dan keterbatasan mereka sendiri. Nasib membaik, melon mereka diminati di Malaysia sehingga harga komoditas itu dalam dolar. Sementara itu, Kades Waung Eko Wahoyo meminta penguatan berupa dukungan alat pertanian cultivator (penggembur tanah) serta akses ke teknologi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas melon sehingga bisa memperluas pasar di luar negeri. “Suatu permintaan yang sederhana dari 'korban' tekanan yang TSM (terstruktur, sistematis, masif) terhadap produk rokok yang survive tanpa bantuan negara,” kata Eva.

  9. Pertemuan dengan Komunitas Perempuan Penghayat

Hak dalam memperoleh pengakuan status agama hingga saat ini masih menjadi salah satu permasalahan yang dialami oleh para penghayat. Mayoritas penghayat yang sudah menikah tidak bisa mencatatkan status pernikahan sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya di kantor Catatan Sipil. Akibatnya, anak-anak pasangan penghayat tidak bisa mendapatkan akta kelahiran.

Selain itu, hak anak-anak dalam memperoleh pendidikan agama yang sesuai dengan kepercayaannya juga tidak bisa dapatkan. Lantaran banyak sekolah yang memaksa anak didiknya mengikuti pelajaran agama yang ada di sekolah. Kekerasan secara psikologi lain yang dialami oleh anak-anak pasangan penghayat adalah cap bahwa mereka adalah anak di luar nikah.


Pertemuan dengan komunitas penghayat
di Café Kunang-Kunang, Tulungagung
Permalasahan-permasalahan tersebut diungkapkan pada kegiatan Jaring Aspirasi Masyarakat dengan komunitas penghayat se-Kabupaten Tulungagung di Café Kunang-Kunang. Pada kegiatan tersebut, peserta yang hadir juga menyampaikan keinginan untuk bisa meningkatkan perekonomian keluarga dengan membuat usaha rumahan seperti produksi keripik singkong dan pisang yang bahan bakunya mudah diperoleh di Tulungagung. Akan tetapi untuk bisa menghasilkan produk olahan yang berkualitas diperlukan adanya pelatihan produksi dan juga tunjangan permodalan yang mencukupi. Pembentukan kelompok usaha ini juga merupakan salah satu cara untuk memberikan wadah dan alternatif usaha bagi mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang kembali ke tempat asalnya. Sebab, banyak TKI purna yang kesulitan mendapatkan pekerjaan dan akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja ke luar negeri.
 
     10.      Pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung


Anggota DPR RI Dra. Eva Kusuma Sundari, M.A., M.D.E
bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Tulungagung, Bapak Suharno
Anggota DPR RI Dra. Eva Kusuma. Sundari, M.A., M.D.E. pada masa reses mengunjungi Kabupaten Tulungagung menyaksikan pagelaran ketoprak dengan lakon Legenda Sumber Ece persembahan masyarakat Kecamatan Bandung.Pergelaran tersebut, kata anggota Fraksi PDI Perjuangan dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VI (Kabupaten Tulungagung, Kota/Kabupaten Blitar, dan Kota/Kabupaten Kediri) itu kepada Antara Jateng di Tulungagung, merupakan pertunjukan ke-17 dari pagelaran rutin di Taman Budaya, berseberangan dengan Alun-Alun Kabupaten Tulungagung.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung Suharno, kegiatan itu sebagai perwujudan program kerja Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, yakni pelestarian dan pengembangan budaya tradisional.“Respons positif masyarakat bisa dilihat dari jumlah pengunjung yang selalu membeludak di setiap pertunjukan, bahkan 19 kecamatan berebut giliran untuk tampil,” kata Suharno.
Eva K. Sundari mengemukakan bahwa para orang tua juga terlihat gembira karena sanggar tari dan kerawitan di kecamatan-kecamatan hidup kembali sehingga menjadi kanal positif kegiatan ekstrakurikuler bagi para siswa.Mereka juga bersaksi bahwa program tersebut termasuk pendidikan budi pekerti karena ada dampak perilaku anak-anak yang makin berunggah ungguh (tata krama/sopan santun) yang sesuai dengan agenda pembentukan karakter (character building).
Strategi yang digunakan pemkab adalah dengan membentuk unit pelayanan teknis (UPT) di kecamatan-kecamatan untuk memfasilitasi antusiasme masyarakat. Sekolah-sekolah juga menggeliat dengan guru-guru yang terlibat langsung bersama murid, orang tua, dan masyarakan di setiap pertunjukan yang mewakili kecamatan mereka.“Yang menggembirakan,” lanjut Suharno, “Universitas Brawijaya mempunyai kuota untuk mengundang para siswa berprestasi di bidang kesenian tanpa tes.”
Menurut dia, kebijakan tersebut masuk akal karena ada hubungan linier antara kecerdasan kognitif dan berkesenian selain untuk menghargai kontribusi para siswa pada pelestarian dan pengembangan seni budaya tradisional. 
Di lain pihak, Eva K. Sundari menyayangkan penghapusan UPT terkait dengan kesenian di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan alasan efisiensi. “Ini memukul kabupaten-kabupaten di Dapil Jatim VI yang selama ini intensitas berkesenian di sekolah dan masyarakat relatif sangat tinggi.
Pengiriman dalang-dalang bocah untuk pembinaan di Tulungagung, misalnya, salah satu yang terkena imbasnya. Sekarang ini, kata Eva, mereka harus dikirim ke Jawa Tengah dan Yogyakarta.Menurut Eva, ada desakan dari komunitas seni dan guru-guru agar Pemprov Jatim membatalkan kebijakan tersebut atau mencari jalan keluar alternatif sehingga mereka tidak seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
    
Daftar pemberitaan:
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/04/20341881/ironis.Kepolisian.Kini.Berdiri.di.Pihak.Kelompok.Intoleran?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar