Jakarta-Kluget.com, Statment Mendagri agar pemda-pemda
merangkul FPI ternyata mengundang pro dan kontra seperti,"Diskriminasi
terlembaga oleh Negara terhadap kelompok WNI penghayat kepercayaan,"ujar
Eva Kusuma Sundari anggota Komisi III DPR-RI dari Fraksi PDIP. Eva menuturkan
permasalahan yang timbul dalam memilih keyakinan beragama.
Tenry Bibi,"kami merasa sedang
dijajah di tanah air sendiri," inilah celoteh keluhan terhadap kelompok
WNI penghayat kepercayaan dari Tolotang, Sidrap, Sulsel. 15 ibu-ibu perwakilan
dari 12 keluarga penghayat dalam pengaduanya ke Fraksi PDIP, Selasa (29/10/2013).
Di bawah koordinasi ANBTI (Aliansi Bhinneka Tunggal Ika) dipimpin ketua ANBTI
langsung Nia Syarifudin, mengeluh bentuk 'penjajahan' itu terlembaga dan
bermula dari pencantuman identitas agama di KTP. Ketidak kompakan antara
peraturan yang sudah di putuskan MK mengenai Negara tidak berhak membatasi 6
agama resmi (2009) dengan praktek di lapangan dalam pembuatan KTP dan E-KTP
terlihat dari agama-agama lokal tidak diakomodasikan atau sama saja dengan
disetrip.
Permasalahan mulai muncul karena tanda
'strip' bermakna jamak. Permaslahan tersebut bermulai dari pengakuan Ibu Dian
Jeani,Sapto Darmo, Surabaya menceritakan bagaimana anak-anak penghayat di
olok-olok sebagai kafir ketika menjelaskan sebagai penganut penghayat, karena
sekolah setempat tidak menyediakan pelajaran agama penghayat, maka anak-anak
penghayat dipaksa ikut pelajaran Agama Islam yang merupakan agama resmi di
negara.
Beda halnya lagi di Jambi, para
penganut agama lokal/penghayat di 'sesat' kan oleh ormas agama setempat dan
rawan jadi sasaran kekerasan baik simbolik maupun fisik seperti yang sudah
terjadi di Jabar. para penghayat merasa berada diposisi rawan karena tidak
terlindungi secara hukum walau di UUD pasal 29 dijamin hak beragama mereka,
ketika dihadapkan dengan ormas-ormas agama yang anti pluralitas.
Dalam hal
permasalahan ini ibu-ibu mengeluhkan statement mendagri agar pemda-pemda
merangkul FPI. Para penghayat merasa diumpankan ke ormas-ormas pelaku kekerasan
yang dalam strateginya mempolitisasi agama.
(Laporan Anjar S)
(Laporan Anjar S)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar