Pernyataan
SARA yang dilontarkan Sekretaris Kabinet Dipo Alam terhadap rohaniawan Katolik Franz Magnis Suseno merupakan
kekerasan verbal. Hal itu turut menggenapi nasib buruk kelompok agama minoritas
yang kerap menjadi sasaran kekerasan fisik oleh ormas-ormas dan pejabat daerah
yang intoleran.
"Ini
merisaukan, karena pejabat Istana menggiring emosi umat beragama untuk menyoal
siapa yang bicara, bukan apa yang dibicarakan. Sementara kita paham bahwa
kekerasan berbasis agama selalu berawal dari emosi prasangka kebencian atau
hate speech. Pak Dipo menyempurnakan nasib buruk keluarga minoritas dengan hate
statement," kata anggota Komisi III DPR yang juga politikus PDIP Eva Kusuma Sundari dalam
siaran pers, Rabu (22/5).
Eva
menyesalkan serangan balik Dipo yang berbau SARA terhadap rohaniawan Katolik
Franz Magnis-Suseno yang sebelumnya mengkritik SBY. Eva
berharap supaya Dipo meralat dan meluruskan pernyataan yang lebih rasional,
dengan menyampaikan data berisi prestasi SBY dalam
tindakan-tindakan mengendalikan intoleransi dan perlindungan minoritas.
Sementara
itu, menurut Eva, protes Romo Magnis terkait rencana pemberian World Statesman
Award untuk Presiden SBY adalah
masuk akal. Sebab umatnya menjadi bagian keluarga minoritas yang jadi korban
kekerasan.
"Kejadian
penyegelan, penutupan dan dirobohkannya sekitar 500 gereja di Jawa Barat sejak SBYberkuasa
2004 silam, merupakan bukti konkret," tegas Eva.
"Jadi
bukan hanya Syiah dan Ahmadiyah korban yang disuarakan Romo Magnis. Protes Romo
makin menguat karena hal yang sama disuarakan Buya Syafi'i Maarif, Setara
Institute, puluhan LSM yang bekerja untuk toleransi dan perdamaian,"
terangnya.
Sebelumnya,
sentimen Islam dan non-Islam itu bermula dari kicauan Dipo di Twitter. Di media
sosial itu, Dipo membela SBY atas
kritik Franz Magnis-Suseno, pastor yang juga Guru Besar Filsafat STF
Driyarkara.
Dalam
suratnya kepada The Appeal of Conscience Foundation, lembaga di AS pemberi
penghargaan untuk SBY, Franz
Magnis memang mengritik kepemimpinan SBY yang
dinilainya abai terhadap kekerasan terhadap kaum minoritas Ahmadiyah dan Syiah.
"Konflik
intra Islam sudah ada sejak dulu, tidak perlu dibesarkan isu minoritas ditindas
mayoritas. Yang kita tentang adalah tindak kekerasan," kata Dipo membela SBY lewat
akun Twitter-nya, @dipoalam49.
Nah,
dalam kicauan selanjutnya barulah Dipo mulai menyinggung latar belakang Franz
Magnis yang non-muslim.
"Masalah
khilafiyah antar umat Islam di Indonesia begitu banyak, jangan dibesarkan oleh
yang non-muslim seolah simpati minoritas diabaikan," kicau Dipo.
Tak cukup
di situ, mantan Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia ini juga
berkicau, "Umaro, ulama dan umat Islam di Indonesia secara umum sudah
baik, mari liat ke depan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim
FMS."
FMS di
akhir kicauan Dipo itu diduga kuat Franz Magnis-Suseno.
[ren]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar