Senin, 06 Maret 2017

JLS (Jalur Lingkar Selatan) membangkitkan perekonomian desa-desa pantai Tulungagung

 
Pada tanggal 3/3/17 Eva Sundari mendapat undangan oleh Pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan LMDH (Lembaga masyarakat Desa Hutan) Tulungagung untuk mengunjungi pantai baru, Pantai Gemah yang berlokasi di Desa Keboireng. Pantai ini bersebelahan dengan Pantai Klathak yang bisa dicapai oleh Gua Tembus dengan berjalan kaki.

Setidaknya ada 10 pantai yang dalam setahun ini menjadi tujuan wisata baru dan dikelola oleh Pokdarwis bersama LMDH masing-desa desa. Mereka bersama membuka pantai, menyiapkan lahan dan mengatur pelaku usaha di pantai-pantai tersebut. Keduanya membuat kesepakatan bahwa yang boleh terlibat adalah karang taruna desa setempat, para penjual makanan, pemilik motor pantai ATV yang disewakan, pengelola MCK adalah warga desa setempat. 
 
Faktanya, perekonomian desa-desa pantai di Tulungagung misalnya Desa Ngrejo, Kalibatur, Jengglungharjo, Pucanglaban, Recosewu, Kalibatur dan Keboireng menggeliat, ada perbaikan pendapatan penduduk dan ini merupakan dampak dari pembangunan JLS (jalur lingkar selatan) di Tulungagung. Berkaitan dengan hal itu, para penggerak wisata Tulungagung berharap JLS juga akan menuntaskan 8 km jalan yang menghubungkan Pantai Gemah ke Pantai Karanggoso di Trenggalek. 

Meski demikian, ada problem penting yaitu masalah pelembagaan pengaturan daerah wisata pantai-pantai ini. "Kami sedang negosiasi membuat Peraturan Kepala Desa tentang bagi hasil yang adil dengan Perhutani, Pemda dan Desa. Pembiayaan pembukaan pantai adalah Pokdarwis dan LMDH, termasuk yang membersihkan pantai," ujar Agus, Pokdarwis Desa Keboireng. Mereka pusing karena Perhutani minta porsi yang besar, padahal beban terbesar ada pada masyarakat desa. 

"Tidak ada standard untuk rujukan soal pembagian hasil terkait pengaturan wisata pantai di kawasan perhutani, apalagi LMDH full di bawah pengawasan Perhutani," ujar Arif, pendamping LMDH di 26 desa di Tulungagung. "LMDH punya peran penting untuk pengembangan wisata daerah hutan baik di pantai maupun di gunung Wilis maupun untuk produksi pangan di daerah hutan tapi tidak punya akses seperti gapoktan untuk akses  pupuk atau alat pertanian," lanjut Arif. 

Eva Sundari melihat potensi LMDH untuk mendukung tekad Pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan tetapi belum terintegrasi ke dalam sistem untuk kementrian pertanian. "Ini problem struktural, apalagi daerah hutan adalah kantong-kantong kemiskinan maka pemberdayaan pertanian perlu mendapat dukungan Kementan,"ujar anggota Kom XI tersebut. Selain pokdarwis, MLDH, Eva juga berpendapat perlunya diintegrasikan ke dalam sistem di Kementrian Pariwisata karena perannya yang signifikan untuk pengembangan tujuan wisata baru di wilayah hutan di Pulau Jawa.

Eva Sundari
Anggota Komisi XI FPDIP, Dapil Jatim 6
Baca selanjutnya...

Petani sayur hidroponik Tulungagung kewalahan memenuhi permintaan pembeli

Sekelompok pemuda, sebagian besar sarjana membentuk komunitas petani sayur hidroponik didorong keprihatinan atas mahal dan langkanya harga sayur di Tulungagung karena harus mendatangkan dari Kota Batu. Hasilnya menakjubkan, sayur mrk dihargai tinggi dan selalu habis terjual bahkan konsumen seperti indent dengan memberi nama mereka di tumbuhan sayur yang belum dipanen. 
Poktan juga melempar produk sayuran tersebut ke supermarket tetapi tidak bisa maksimal, hanya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi produk tersebut. Karena keterbatasan produksi  sehingga permintaan dari Kediri dan Jombang ditolak karena sayur sudah terbeli di tempat produksi yaitu di halaman rumah para aktivis hidroponik tersebut. 
Dari satu komunitas, dalam setahun saat ini sudah berkembang menjadi 259 komunitas yang terhubung dan berkomunikasi melalui media sosial fb, wa maupun telegram dan sekali2 kopdar (jumpa darat). Bertempat di Ds Sobontoro Tulungagung, Poktan Hidroponik Tulungagung (KHTA) mengundang Eva Sundari untuk diskusi pengembangan industri sayur hidroponik (3/3/17).
"Kami ingin mempunyai green house yang besar, bukan saja untuk meningkatkan produksi tapi juga bisa menjadi pusat untuk memfasilitasi pengetahuan, alat produksi, termasuk untuk pemasaran produk dari para anggota", ujar Yudi, Ketua KHTA. Pusat ini kelak bisa sekaligus jadi rekreasi edukasi, pusat informasi dari A hingga Z pertanian hidroponik khususnya sayur termasuk untuk rekreasi petik sayur dan beli alat, bahan dan bibit untuk menanam 
"Bikin koperasi karena syarat2nya sudah ada yaitu watak gotong royong, jumlah anggota dan kesamaan tujuan dari para anggota. Terbentuknya organisasi adalah modal untuk memperjuangkan kepentingan anggota," saran Eva Sundari. "Karena perspektifnya edukasi, maka jangan teknis, semua harus diakarkan dan dimuarakan pada kemandirian ekonomi, khususnya kedaulatan pangan," imbuh Eva Sundari mengingatkan.
Dari diskusi, salah satu anggota melakukan hal yang sama di Lombok dan NTT yaitu membentuk komunitas petani sayur hidroponik karena situasi yang sama yaitu kebutuhan sayur harus diimpor dari Batu. Respon kelompok muda di sana  juga positif yaitu membentuk komunitas2 sebagaimana di Tulungagung dan berproduksi walau skala yang juga terbatas. 
Sebelum mengakhiri diskusi, kelompok sudah mendapat komitmen dari kepala dinas koperasi dan umkm Tulungagung, Partono yang menyanggupi untuk memberikan bantuan teknis untuk pembentukan koperasi. Eva Sundari akan mengupayakan bantuan konsultan untuk mendampingi pembuatan business plan (rencana kerja) dari koperasi petani sayur hidroponik tersebut. 

Eva K Sundari
Anggt Kom XI FPDIP, Dapil Jatim 6
Baca selanjutnya...

Potensi Pengembangan Kopi Gunung Wilis 'Cethe'


Terkait masa reses Maret 2017, Eva Sundari menghadiri undangan untuk ngopi bersama di Omah Kopi Dusun Surenpaten, Desa Balerejo Tulungagung pada Jum'at malam (3/3/17). Hadir suami istri Sutrimo yang menginisiasi untuk membudidayakan kopi Gunung Wilis dan langkah ini diikuti oleh beberapa petani tetangga mereka.
Hasil Produk Kopi Gunung Wilis jenis Arabica ini, kemudian diolah oleh seorang  pengusaha Kurnia Ika Kusuma dengan mendirikan Pabrik Kopi Lintang, sekaligus mendirikan Omah Kopi untuk pemasarannya. Upaya mengendalikan hulu hingga hilir oleh komunitas ini menghadapi kendala karena meski sudah didampangi konsultan dari BI Kediri yaitu Mas'ud Asjari.
"Produktifitas kopi para petani rendah, padahal harga dan permintaan selalu naik. Sayang banget kan? Selain ingin mendapat pendampingan, komunitas ini juga ingin mengajak petani2 di 5 kabupaten lainnya di lereng Gunung Wilis (Kediri, Nganjuk, Blitar, Madiun, Trengalek) untuk bergabung dalam bisnis kopi ini. 
Eva Sundari menyambut baik, "Peluang kopi amat menjanjikan, ada prediksi international yang menyatakan akan ada kelangkaan kopi dunia tahun 2025." Kopi Gunung Wilis punya banyak faktor unggulan untuk branding mis tata cara khas minum kopi ini yaitu KOPI GIGIT, dimana gula kelapa digigit sebelum menyeruput kopi.

Keistimewaan yang lain kopi wilis ini adalah, lendetnya (endapan) kopi yang halus bisa untuk bahan seni lukis cethe di atas media sebatang rokok. Kuasnya bisa silet, benang atau batang korek korek api yang dilancipkan setelah dibakar. Selain batang rokok, seni lukis cethe ini juga bisa dipakai untuk melukis botol maupun di atas kain kanvas biasa. 
Menutup diskusi dengan komunitas kopi tersebut, Eva Sundari menyarankan untuk membentuk organisasi untuk memperjuangkan aspirasi mereka yaitu koperasi. "Selain koperasi adalah amanat konstitusi, koperasi juga terbukti  bisa ekspansi di luar negeri seperti Anlene, Carefur, atau Bank ABN AMRO dll." 


Eva Sundari
Angg FPDIP Kom XI Dapil Jatim 6
Baca selanjutnya...

Selasa, 14 Februari 2017

Perlu Strategi Budaya untuk Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila

“Tidak bisa sosialisasi Pancasila hanya melalui jalan politik, tidak akan efektif karena sifatnya top down,” kata Sukardi, budayawan Kediri dalam sarasehan berjudul Penyebaran Nilai-Nilai Pancasila ke Dalam Seni Budaya Guna Membentuk Manusia yang Berbudi Pekerti.

Sarasehan yang dimulai jam 22 hingga jam 1 pagi berlangsung di SMP Pawyatan Daha Kediri pada hari Minggu (12/2/17) kemarin.


Sukardi merespon presentasi Eva Sundari saat mengawali sarasehan yg menyatakan bahwa pendidikan menjadi kunci peradaban dan kemajuan. “Tantangan sosialisasi Pancasila di dunia pendidikan adalah menurunkan konsep, prinsip menjadi nilai-nilai yang hidup di kesadaran dan menjadi praktek dalam keseharian,” argumen Eva Sundari.

Sukardi melanjutkan, dalam strategy budaya sosialisasi dan praktek Pancasila harus juga dilaksanakan di bidang bahasa, teknology, Perekonomian, organisasi/birokrasi, politik selain di dunia pendidikan. Budi kepdes menceritakan bagaimana prinsip musyawarah mufakat bisa menyelesaikan permasalahan air yang  musim kemarau sehingga bisa mewujudkan kedaulatan pangan di desanya.

Sarasehan dihadiri para tokoh masyarakat tmsk politisi, budayawan, polisi, dinas pendidikan dan dinas pora serta guru2 dari Yayasan Pawyatan Dhaha Kediri. Sebelum mengakhiri, Eva Sundari mengingatkan, “Jangan lengah, para pecinta Pancasila harus memulai gerakan rakyat sehingga diskusi2 yad harus lebih maju yaitu tentang ‘how to’ cara kita mentransformasi bidang-bidang yg strategis dengan nilai-nilai Pancasila”.

Peserta sarasehan meminta pelembagaan Komunitas Pendudkung Penyebaran Pancasila Strategy Budaya dalam bentuk Forum dengan menjadikan SMP Pawyatan sebagai Koordinator. “Ini inisiatif bagus, seharusnya ini jadi inspirasi daerah2 lain sehingga sosialisasi Pancasila bisa terjadi secara kultural.” ujar Eva Sundari.

http://www.indeksberita.com/perlu-strategi-budaya-sosialisasi-nilai-nilai-pancasila/
Baca selanjutnya...

Ketika nilai Pancasila terintegrasi dalam seni tradisional

Upaya membangun keunggulan di bidang seni budaya tradisional termasuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum pendidikan memang bukan sebatas slogan. Dan itu dibuktikan oleh SMP Pawyatan Daha 1 Kediri, Jawa Timur.

Setelah berhasil membuat sillabus pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke dalam seluruh mata ajar, sekolah yang terletak di Jl. Banjaran, Kediri tersebut kini memperluas pengintegrasian materi Pancasila ke dalam pelajaran extra kurikuler yaitu seni budaya tradisional. Beberapa tembang dan tari bernafas Pancasila telah diciptakan, seperti Tari Jiwaku Panji.

Sabtu (12/2) malam, Tari Jiwaku Panji dipentaskan sebagai pembuka pertunjukan wayang orang berjudul 'Kokrosono Krido' di halaman SMP Pawyatan Daha 1 Kediri, Jawa Timur. Menurut Kepala Sekolah SMP Pawyatan Daha 1 Kediri, Satriyani mengungkapkan, antusiasme masyarakat sangat besar untuk belajar seni tari tradisional yang dikelola Sanggar PPST (Pendidikan Pengembang Seni Tradisi) Mustikaning Dhaha.

"Sayangnya, karena faktor keterbatasan fasilitas, terpaksa kami menolak permintaan tersebut. Kami masih berkonsentrasi dulu untuk kepentingan sekolah," kata Satriyani.

Sementara itu anggota MPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Eva Sundari mengatakan, pengajaran seni budaya berbasis lokal merupakan cara terbaik untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. "Sosialisasi belumlah cukup dan yang paling efektif adalah melalui pendidikan, karena kebudayaan intinya di pendidikan. Dan inti budaya adalah soal mindset, imajinasi rakyat," tegasnya.

Di sela gelaran pentas seni juga dilakukan penandatanganan pernyataan komitmen dari Kepala Sekolah SMP Pawyatan Daha 1, Satriyani Widyawati Rahayu untuk menerapkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dan anti narkoba. Pernyataan tekad tersebut disaksikan oleh anggota MPR, Eva Sundari, Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri, Siswanto, Kepala BNN Kota Kediri, AKBP Lilik Dewi Indrawati, Kadisbudpora, Nur Muhyar dan Ketua Yayasan Pawyatan Daha, Pranoto serta budayawan Kediri.
Baca selanjutnya...

Politisi PDIP Apresiasi Penerapan Nilai Pancasila

RAKYAT-JABAR.COM.Anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Eva Sundari meminta kepada pelajar agar tetap mejaga seni dan budaya, terutama ditengah – tengah perkembangan jaman. Hal ini ia katakan saat menghadiri acara Lomba Tari Kreasi Baru tingkat SD yang digelar di SMP Pawyatan Daha 1 Kediri, Jawa Timur, Senin (13/2/2017).

Politikus PDI – Perjuangan ini menilai keikutsertaan dan keberanian para peserta menjadi modal besar bagi tumbuhnya rasa kepercayaan terhadap diri sendiri. “Yang terpenting tentu saja cinta tanah air karena menguatkan ikatan akar bangsa. Saya gembira melihat anak-anak yang menampakkan wajah senang, spontan, tanpa ada ketakutan. Ini modal besar mereka tumbuh sehat yaitu percaya diri dan punya kecerdasan mental,” ujarnya.

Pentingnya seni dan budaya diyakini dapat membangun multi kecerdasan siswa termasuk meningkatkan fungsi otak kanan dan kiri.

Eva mengaku senang melihat penampilan 29 group tari dengan berbagai ragam jenis tarian, Eva melihat bahwa apa yang dilakukan anak – anak adalah sebuah dasar pada kekuatan nilai – nilai dari Pancasila.

“Pengajaran seni budaya berbasis lokal merupakan cara terbaik untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. Sosialisasi PS strategy politik (MPR) tdk cukup, yg paling efektif adl pendidikan krn kebudayaan intinya di pendidikan krn inti budaya adalah soal mindset, imajinasi rakyat” tutupnya.(sis)
http://www.rakyat-jabar.com/2017/02/13/politisi-pdip-apresiasi-penerapan-nilai-pancasila/
Baca selanjutnya...